Tuesday, 4 February 2014

Love, Lust, Reality vs Game



Setiap langkah hidup manusia pasti memiliki tujuan
Hasrat akan kebutuhan pendamping hidup di usia senja, bukan hanya nafsu bercinta sampai mati

Menikah harusnya menyenangkan, membahagiakan, mendewasakan, meluluh lantakan segala angkara murka dan dendam akan masa lalu

Menikah harusnya berdasarkan atas keinginan dua jiwa untuk dipersatukan atas nama agama, bukan karena paksaan dari satu manusia fana saja

Saat menikah, cinta bukan lagi menjadi komoditi yang harus dikonsumsi setiap saat.
Tanggung jawab dan melumpuhkan ego masing-masing pribadi adalah oksigennya

Jika memang dendam akan masa lalu masih berdiri tegak dengan angkuhnya di hati, sebaiknya tanyakan ke diri sendiri apakah memang menikah adalah hal terbaik?


Seseorang yang saya anggap sebagai guru akan kehidupan pernah berujar, 'melepaskan diri dari apa yang telah kita terima adalah suatu keindahan'
Saya pernah gagal menghadapi pernikahan yang harusnya terjadi tahun lalu, namun seiring jalannya waktu saya semakin mengerti konsep memaafkan masa lalu
Saya justru bersyukur kepada Tuhan dan alam semesta akan semuanya, termasuk mantan pasangan saya saat itu.
Tidak akan pernah ada perpisahan yang menyenangkan, namun dengan demikian saya bersyukur bahwa ia memutuskan hubungan ini. Mungkin jika dilanjutkan salah satu pihak akan tersakiti di masa depan. Terima kasih untuk kamu :)
Beberapa sahabat yang saya temui sering saya ajak berdiskusi tentang menikah dan banyak sekali hal yang mereka pikirkan.

Berangkat dari hal tersebut dan pengalaman-pengalaman saya dan yang saya lihat, saya sangat setuju bahwa menikah itu layaknya suatu hal yang sangat sakral dan suci.
Butuh persiapan lahir dan batin untuk berani menempuh level ini.
Jangan hanya berpikir apa yang akan terjadi di hari pernikahan, melainkan apa yang akan terjadi setelah menikah.

Have a great and peaceful life :)

No comments:

Post a Comment